Senang sekali saya bertemu kembali dengan seorang tokoh dan sastrawan Minangkabau, Yus Dt. Parpatiah.
Sewaktu remaja saya sangat senang mendengarkan kisah-kisah drama dalam bentuk kaset audio produksi Sanggar Balerong yang beliau pimpin.
Cerita-ceritanya seperti "Rapek Mancik" (Rapat Tikus), "Sutan Rajo Angek" dan lain-lain, benar-benar sangat lucu namun sarat dengan pepatah-petitih dan pesan adat yang sangat berguna bagi seorang pemuda Minangkabau seperti saya, yang kurang mengetahui tentang tatakrama adat dan tak pula punya wawasan sastra Minang.
Sampai sekarang, pantun-pantun dan pepatah-petitih dari beliau Bp. Yus Dt. Parpatiah ini tetap dipakai oleh para MC resepsi adat Minang/ Padang dimanapun.
Kali ini adalah pertemuan yang kedua antara saya dan beliau. Pertemuan pertama adalah pada suatu hari di Paramount Serpong tahun lalu, dimana saya bertugas sebagai MC di salah satu klub golf di pinggir danau buatan komplek tersebut. Kedua penganten memilih lokasi tersebut karena menginginkan suasana seperti di tepi Danau Maninjau, tempat darimana mereka berasal.
Angku Yus Dt. Parpatiah pun merupakan tokoh kelahiran tepi Danau Maninjau, tepatnya di negeri Sungai Batang, negeri yang sama dengan tanah kelahiran Buya Hamka. Rupanya Danau Maninjau selain sangat mempesona dengan keelokan dan keindahannya, juga merupakah negeri kelahiran banyak tokoh-tokoh berpengaruh Minangkabau.
Saya sedikit surprise ketika menyalami beliau saat baru tiba. Ternyata beliau masih mengingat saya dengan jelas. Betapa tidak surprise, setiap orang Minangkabau pasti mengenal beliau, sedangkan siapa yang kenal dan ingat dengan saya? Tak banyak. Namun nyatanya beliau dapat mengingat saya. Tarimo kasih Angku Datuak...
Saya selalu merendahkan diri dan banyak-banyak minta maaf pada beliau, kalau ado kata yang salah atau tidak pada tempatnya, karena umua nan alun sataun jaguang - darah nan alun satampuak pinang. Pengalaman alun pulo banyak lai.
Beliau sangat maklum, dan yang membuat hati saya senang sekali, beliau malah memuji saya sebagai pembawa acara (MC) yang bagus, dan, menurut beliau, "Kami ini sudah mesin tua, ndak bisa lagi mengikuti anak-anak muda yang bagaikan mesin baru."
Setelah tumbuh besar dengan petuah dari cerita-cerita drama beliau, senang sekali hari ini saya kembali dapat bertatap muka, bersalaman, dan bertukar pikiran dengan tokoh sastra Minangkabau yang menurut saya pantas untuk mendapat penghargaan pemerintah ini...
Minggu, 4 Juli 2010
(MC Wady)
Saya dan Angku Yus Dt. Parpatiah
Yus Dt. Parpatiah memberikan kata sambutan mewakili silang nan bapangka, karajo nan bapokok
Potret sang tokoh yang sangat saya kagumi, saya ambil dengan kamera sendiri yang hanyalah kamera digital biasa (Kodak C190 seharga 1 jutaan), bukan kamera profesional atau SLR; namun hasil gambarnya cukup baik
Orang tua mempelai, kedua mempelai, Yus Dt. Parpatiah, dan saya