Wednesday, July 21, 2010

Pertemuan dengan Tokoh Minangkabau: Angku Yus Dt. Parpatiah

Minggu, 4 Juli 2010, Aula Al-Azhar Kemanggisan, Jakarta Barat.

Senang sekali saya bertemu kembali dengan seorang tokoh dan sastrawan Minangkabau, Yus Dt. Parpatiah.

Sewaktu remaja saya sangat senang mendengarkan kisah-kisah drama dalam bentuk kaset audio produksi Sanggar Balerong yang beliau pimpin.

Cerita-ceritanya seperti "Rapek Mancik" (Rapat Tikus), "Sutan Rajo Angek" dan lain-lain, benar-benar sangat lucu namun sarat dengan pepatah-petitih dan pesan adat yang sangat berguna bagi seorang pemuda Minangkabau seperti saya, yang kurang mengetahui tentang tatakrama adat dan tak pula punya wawasan sastra Minang.

Sampai sekarang, pantun-pantun dan pepatah-petitih dari beliau Bp. Yus Dt. Parpatiah ini tetap dipakai oleh para MC resepsi adat Minang/ Padang dimanapun.

Kali ini adalah pertemuan yang kedua antara saya dan beliau. Pertemuan pertama adalah pada suatu hari di Paramount Serpong tahun lalu, dimana saya bertugas sebagai MC di salah satu klub golf di pinggir danau buatan komplek tersebut. Kedua penganten memilih lokasi tersebut karena menginginkan suasana seperti di tepi Danau Maninjau, tempat darimana mereka berasal.

Angku Yus Dt. Parpatiah pun merupakan tokoh kelahiran tepi Danau Maninjau, tepatnya di negeri Sungai Batang, negeri yang sama dengan tanah kelahiran Buya Hamka. Rupanya Danau Maninjau selain sangat mempesona dengan keelokan dan keindahannya, juga merupakah negeri kelahiran banyak tokoh-tokoh berpengaruh Minangkabau.

Saya sedikit surprise ketika menyalami beliau saat baru tiba. Ternyata beliau masih mengingat saya dengan jelas. Betapa tidak surprise, setiap orang Minangkabau pasti mengenal beliau, sedangkan siapa yang kenal dan ingat dengan saya? Tak banyak. Namun nyatanya beliau dapat mengingat saya. Tarimo kasih Angku Datuak...

Saya selalu merendahkan diri dan banyak-banyak minta maaf pada beliau, kalau ado kata yang salah atau tidak pada tempatnya, karena umua nan alun sataun jaguang - darah nan alun satampuak pinang. Pengalaman alun pulo banyak lai.

Beliau sangat maklum, dan yang membuat hati saya senang sekali, beliau malah memuji saya sebagai pembawa acara (MC) yang bagus, dan, menurut beliau, "Kami ini sudah mesin tua, ndak bisa lagi mengikuti anak-anak muda yang bagaikan mesin baru."

Setelah tumbuh besar dengan petuah dari cerita-cerita drama beliau, senang sekali hari ini saya kembali dapat bertatap muka, bersalaman, dan bertukar pikiran dengan tokoh sastra Minangkabau yang menurut saya pantas untuk mendapat penghargaan pemerintah ini...

Minggu, 4 Juli 2010
(MC Wady)

 
Saya dan Angku Yus Dt. Parpatiah


Yus Dt. Parpatiah memberikan kata sambutan mewakili silang nan bapangka, karajo nan bapokok




Potret sang tokoh yang sangat saya kagumi, saya ambil dengan kamera sendiri yang hanyalah kamera digital biasa (Kodak C190 seharga 1 jutaan), bukan kamera profesional atau SLR; namun hasil gambarnya cukup baik

Orang tua mempelai, kedua mempelai, Yus Dt. Parpatiah, dan saya



Thursday, July 1, 2010

Mesjid Raya Bani Umar, Graha Raya Bintaro

Sabtu, 19 Juni 2010. 08:00"
Mempelai: Icha dan Rio


Mesjid Raya Bani Umar merupakan masjid dengan menara yang tertinggi di Tangerang ( 59.62 meter ), Pembangunan mesjid ini diprakarsai oleh Keluarga Almarhum Umar Wirahadikusuma ( Mantan Wakil Presiden RI ke 4 periode 1983 - 1988 ) yang tergabung dalam Yayasan Bakti Djajakusumah, mesjid ini dibangun diatas lahan 1.2 hektar dan peletakan batu pertamanya dilakukan pada tanggal 07 Juli 2007 dengan menelan biaya sekitar Rp 2 Milyar. Peresmiannya dilakukan oleh Presiden RI Bpk. Susilo Babang Yudhono ( SBY ) pada tanggal 10 Oktober 2008 bertepatan dengan tanggal kelahiran Bpk. Almarhum Umar Wirahadikusumah.


Mesjid Raya Bani Umar agak sedikit unik karena dibangun tanpa Kubah seperti mesjid pada umumnya, namun menurut Arsitek yang membangun mesjid ini yakni Fauzan Noe'man kubah bukan unsur wajib dalam bangunan sebuah masjid. Daya tarik masjid tiga lantai ini terletak pada bangunan menara yang menjulang tinggi hingga 59 meter.

Selain dari itu desain interior didalam mesjid sungguh menakjubkan tertutama pernak-pernik lampu hias dan suasana orange yang mendominasi warna mesjid.
(Sumber: http://konefly.multiply.com/photos/album/340/Mesjid_Raya_Bani_Umar_Bintaro_Tangerang
 
Bagi Anda yang berdomisili di daerah Tangerang dan sekitarnya, mungkin masjid ini bisa menjadi salah satu pilihan untuk pelaksanaan akad nikah dan resepsi hari bahagia Anda!
 
Salam, McW

Foto-Foto

Suasana sepi dimana hanya ada aku dan mikrofon... Belum ada orang yang datang


Nothing here but us, my dear mic.. :-)


Mempelai wanita ketika minta izin pada ayahanda









Saat-saat yang sakran nan mendebarkan... "Saya nikahkan engkau dengan anak kandungku..."


Do'a bersama dipimpin oleh Bp Penghulu


Do'a bersama


Penandatanganan buku nikah


Fotografer berkreasi dengan ide-ide mereka... Meminta kedua mempelai berpose di mimbar yang biasanya dipergunakan untuk khatib berkhotbah


Foto lansekap masjid tampak dari jauh (sumber: http://satriapringgondani.multiply.com/photos/photo/149/11)

Resepsi Adat Betawi: Palang Pintu

Sabtu, 26 Juni 2010, di Aula Bima Sakti (AURI) Pancoran, 11:00 WIB.
Mempelai: Cheppy dan Wina

Prosesi buka palang pintu (atau juga dikenal sebagai ketok pintu) merupakan prosesi yang unik dan kadang juga sangat kocak, yang menjadi bagian dalam resepsi penganten adat Betawi.

Intinya, ketika sang mempelai pria (yang diistilahkan dalam bahasa Betawi sebagai Raje Mude) datang bersama rombongan, mereka tidak begitu saja dipersandingkan dengan mempelai wanita... tapi harus melalui palang pintu dan harus membukanya terlebih dahulu.

Seorang wakil dari CPW datang menghadang dan mencegat rombongan CPP, dan langsung bertanya dengan galak, "Mau kemane lu? Maen langsung-langsung aje!"

Nah setelahnya adalah silat lidah antara wakil CPP, yang intinya walaupun rencana sudah disusun, tapi CPP tak bisa langsung duduk-duduk aja di pelaminan mendampingi pengantin wanita. Sesudah silat lidah, dikeluarin lah jagoan dari rombongan pria untuk bertarung dengan jagoan dari pihak wanita.

Barangkali, pada zaman dulu, hal ini adalah sesuatu yang benar-benar kenyataan. Bukan seperti sekarang yang hanya berpura-pura dan bagian dari seremonial saja. Kalau jagoan dari pria kalah, bukan tak mungkin mereka disuruh pulang kembali karena tak cukup cakap untuk mempersunting sang tuan putri. Alangkah malunya.. oleh karena itu rombongan pria benar-benar harus memilih pendekar terbaik mereka, yang benar-benar jago silat. Tak jarang pertarungan ini juga memakai senjata tajam golok beneran. Ih ngeri juga...

Berikut adalah foto-foto dari prosesi Buka Palang Pintu yang merupakan bagian adat Betawi.

Salam,
MC Wady

Pelaminan Adat Betawi, lengkap dengan hiasan pintu dan jendela yang biasa dipakai pada rumah tradisional Betawi

Mejeng dulu ah... Sedikit narsis kagak ape-ape kan..?

MC Adat Betawi

Para penari menjemput dan mengantarkan calon mempelai ke pelaminan dengan tarian Sirih Kuning

Mempelai wanita bersama ayah bunda dan rombongan keluarga besarnya

Sang Tuan Putri sudah duduk menunggu di pelaminan, menanti sang Raje Mude yang terlebih dahulu harus sanggup membuka palang pintu

Wakil mempelai pria menyampaikan maksud dan niat kedatangan rombongan, yaitu menghantarkan mempelai pria ke pelaminan untuk bersanding dengan sang tuan putri.

"Jangan main nyelonong-nyelonong aje lu!" Demikian peringatan wakil mempelai wanita yang sangat galak. 

"Kalau lu bisa ngalahin jagoan aye, baru lu bisa masuk ke rumah kite!" Demikian kembali wakil dari CPW. Sedangkan sang jagoan di sebelah kiri telah siap dengan tatapan mata tajam, bersarung dan berkopiah.

Wakil dari CPP menyambut tantangan dan mengeluarkan jagoannya, "Kalo cuma ngebuke pintu, itu mah udah kerjaan aye tiap hari!" Demikian katanya sambil menepuk-nepuk punggung sang jagoan yang siap bertarung.

Langkah dibuka, kedua pendekar beraksi mengeluarkan jurus-jurus yang telah mereka pelajari dari dunia persilatan.

Setelah beberapa kali saling jatuh-menjatuhkan, dan membuat deg-degan hati para hadirin, siapakah yang akan menang? Akhirnya si palang pintu berhasil dikalahkan, dan dengan demikian sang Raje Mude berhak sepenuhnya untuk duduk di singgasana pelaminan mendampingi sang Tuan Putri.